Rabu, 16 September 2009

SALAH KAPRAH ARTI IDUL FITRI DAN MINAL AIDIN WAL FAIZIN

Selama ini banyak di antara kita yang salah kaprah dalam memaknai frase ‘Idul Fitri’. Kata ‘Ied’diartikan ‘kembali’ dan kata kata ‘fitri’ karena dianggap berasal dari kata ‘FITHROH’ (dengan ha marbuthoh) yang artinya ‘asal’ atau ‘suci’ atau ‘bersih’. Jadi kata ‘Idul fitri’ diartikan ‘kembali ke asal kita yang bersih/suci’. Argumentasi fiqihnya, krna orang yang berpuasa oleh Allah dijanjikan akan diampuni seluruh dosa-dosanya, sehingga pada tanggal 1 syawal tsb dia ibarat bayi yang suci dari noda dan dosa.

Pemahaman yang semacam itu secara etimologi tidak tepat. Kata ‘fitri’ pada ‘Iedul Fitri’ bukan berasal dari ‘FITHROH’ tetapi dari kata ‘FITHR’ (fathoro-yafthuru-ifthor) yang artinya ‘berbuka’. Jadi frasa ‘Idul fitri’ artinya ‘kembali berbuka’. Maksudnya, kembali seorang yang tadinya berpuasa diperbolehkan melakukan makan-minum di pagi hari pada tanggal 1 Syawal tersebut atau tanda bhwa bln ramadhan tlh berakhir.

Karena salah satu sifat bahasa manasuka, kedua pemaknaan tersebut tentu saja sah dan boleh-boleh aja. Walaupun demikian, kalau direnungkan lebih dalam pemaknaan Idul Fitri versi pertama tersebut (kembali menjadi manusia yang suci) sesungguhnya sangat berat dan spekulatif. Betulkah puasa Ramadhan yang kita lakukan selama satu bulan tersebut diterima oleh Allah SWT, sehingga menggugurkan dosa2 kita dan mengantarkan kita menjadi manusia-manusia yang suci laksana seorang bayi? Padahal Rasulullah saw.menengarai melalui sabdanya, bahwa sungguh betapa banyak orang yang berpuasa –tetapi karena tidak dilakukan dengan keimanan dan perhitungan (ikhtisaban)—maka yang bakal dia peroleh hanyalah rasa lapar dan dahaga saja. Jadi persoalan diterima tidaknya amalan puasa ramadhan seorang hamba benar-benar hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Atas dasar karena puasa ramadhan seseorang belum tentu diterima oleh Allah inilah, maka ucapan tahniah atau ucapan selamat yang diajarkan oleh rasulullah saat antarsesama muslim bersua di hari Iedul Fitri yakni ‘Taqobalallahu minna waminka (waminkum), waja’alana minal adin wal faizin”, yang artinya “Semoga Allah menerima amaliyah ramadhan saya dan ramdhan anda/kalian, dengan demikian kita akan menjadi orang yang kembali (kpd agama) dan orang yang berbahagia karena telah beroleh kemenangan”.

Sedangkan pada kebanyakan masyarakat kita tahniah Iedul Fitri minal aidin walfaizin= mohon maaf lahir batin. Selain penerjemahan seperti ini jelas ngawur juga frasa “mohon maaf lahir batin’ juga secara semantic sesungguhnya kabur. Apakah maaf lahir itu? Kata ‘lahir’ dalam bahasa Indonesia ini dipungut dari bahasa Arab ‘al-dhohiru’ yang artinya tampak wujudnya. Sedangkan kata ‘batin’ berasal dari kata ‘al-bathinu’, yang arttinya tidak tampak wujudnya. Jadi jika merunut arti semantiknya pernyataan ‘mohon maaf lahir dan batin’ berarti mohon maaf atas kesalahan yang tampak maupun yang tidak tampak. Benarkah demikian? ( Jadi diandaikan seolah-olah orang yang kita mintai maafnya itu peramal/ paranormal yang bisa memihat yang tampak dan yang tidakj tampak hehe…). Bukankah akan lebih pas jika kita memohon maaf itu atas kesalahan-kesalan yang disengaja atau yang mungkin tidak disengaja? Ini lebih manusiawi sekaligus rasional

Menurut saya boleh jadi akibat pemahaman-pemahan yang keliru inilah sesungguhnya pangkal mula mengapa ritual Idul Fitri dalam kantong memori umat Islam di negeri ini dan sekitarnya dipersepsi sebagai kegiatan budaya yang wajahnya seperti kita lihat saat ini; memunculkan terjadinya perpindahan manusia secara besar-besaran dari kota ke desa yang disebut mudik, tradisi sungkeman, tradisi halal bihalal dan sejenisnya.. Padahal andai saja pengartian Idul Fitri itu pada yang kedua , yakni ‘kembali berbuka’ mungkin persoalanya akan jauh lebih sederhana dan kedatangan hari raya Idul Fitri tidak harus menjadi perhelatan budaya kolosal seperti sekarang ini. Wallahu a’lam. (Kholid A.Harras)

Awas Kesalahan Penulisan
1. Minal ‘Aidin wal Faizin = Penulisan yang benar berdasarkan penulisan kaidah fonologis
2. Minal Aidin wal Faizin = Juga benar berdasarkan EYD
3. Minal Aidzin wal Faidzin = Salah, karena penulisan “dz” berarti huruf “dzal” dalam abjad arab
4. Minal Aizin wal Faizin = Salah, karena pada kata “Aizin” seharusnya memakai huruf “dal” atau dilambangkan huruf “d” bukan “z”
5. Minal Aidin wal Faidin = Juga salah, karena penulisan kata “Faidin”, seharusnya memakai huruf “za” atau dilambangkan dengan huruf “z” bukan “dz” atau “d”

Mengapa hal ini perlu diperhatikan? Karena kesalahan penulisan abjad juga berarti berimplikasi pada pemaknaan yang juga bisa salah. Seperti dalam bahasa inggris, antara Look dan Lock beda maknanya bukan? Padahal perbedaanya disebabkan oleh salah satu huruf saja..

16 komentar:

eka malinda mengatakan...

Iya bener Pak,,temen-temen saya juga selalu salah kalau nulis kalimat minal aidin wal faizin. termasuk saya juga .
hehehe ..
Padahal kan bisa beda artinya. Tadinya mau ngedoain baik bisa-bisa malah ngedoain jelek gara-gara salah nulis truz artinya jadi beda juga.
Makasih postinganya Pak. Mulai sekarang saya nggak akan lagi salah nulis minal aidin wal faizin

Jiwa Rusia mengatakan...

semoga Allah merahmati anda yang telah teliti atas kebenaran... terima kasih infonya, saya jadi tahu apa makna hari ini :)

budhi mengatakan...

Semoga Allah merahmati Anda yang telah teliti atas kebenaran...
Aamiin..
Terima kasih infonya, saya jadi tahu apa makna dari kata Fitri.
Tanya, apakah kata Fitri juga berarti Makan?
Thx

alfianmucti mengatakan...

bagus benar pak postingannya, kebetulan setelah 2 tahun baru saya baca... hehehhe
kalau diambil positifnya sebenarnya kebiasaan masyarakat di Indonesia pada umumnya untuk bersilaturahmi dengan keluarga melalui mudik juga baik karena mempersatukan kekakraban keluarga yang sudah lama tidak bertemu dan mempersatukan teman yang sudah lama juga tidak bertemu. dan secara psikologis orang yang meminta maaf langsung dihadapan orangnya akan berbeda jika melalui media....

karjosukoco_99.com mengatakan...

saya setuju bos......memang masih banyak yang harus diluruskan dalam memahami islam yang kaffah........

karjosukoco_99.com mengatakan...

saya setuju bos.........memang masih banyak saudara kita yg mungkin perlu kita diajak bersama sama mempelajari islam yang sesungguhnya..........

Tri Hariyono mengatakan...

jazakillah,
bermanfaat sekali.

Unknown mengatakan...

sangat bagus pak penjelasannya cukup masuk akal... karena selama ini kita terlalu terlena dengan kata2 fitri yang suci sehingga kita tidak memperhitungkan amaliah ibadah puasa kita diterima atau tidak oleh Alloh SWT.
Mohon ijin untuk copas ya gan..untuk di posting ulang di blog saya...terima kasih

Unknown mengatakan...

Tdk ada yg tdk bermanfaat Allah menciptakan Alam semesta ini beserta isinya. Tdk ada yg tdk bermanfaat kajian-kajian yg dituangkan oleh para penulis walaupun tidak sepaham dgn kita. Semua berpulang kpd diri masing2 dalam menyikapinya dan sejatinya harus ditanggapi dgn sikap yg bijak.
Sbg manusia, kadang2 kita mencari pembenaran sendiri tanpa melihat lagi dari sisi2 yg lain yaitu para pendapat yg memaknainya secara berbeda dan dari sisi yg lebih penting yaitu dari sisi Islam dalam hal ini adalah Al-Qur'an.
Rasanya akan panjang sekali jika saya mengomentari hal ini. Utk itu mungkin ada baiknya kita mempelajari kembali mengenai "PUASA RAMADHAN" yg dari sinilah Insya Allah nantinya kita dpt memaknai Kata IDUL FITRI.

DPC FKDT ROHUL mengatakan...

Saya sangat setuju dengan kajian yang demikian daripada kajian seperti yang di ungkapkan oleh kaji diri,karena kajian yang demikian ( Kaji diri ) tidak menambah ilmu pengetahuan akan tetapi hanya mengikuti paham seseorang atau Istilah agama sering di sebut Taqlid buta

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah.
Begini kawan, soal setuju atau tidak, tidak mengapa buat saya karena itu hak masing2 individu. Soal taqlid buta atau tidak, itupun tidak mengapa buat saya karena tiap orang memiliki pandangan dan penilaiannya sendiri, dan seyogyanya marilah hal ini kita kembalikan kpd Allah, karena kebenaran hanyalah milik-Nya.
Mengenai pembahasan/kajian yg ditulis, saya tdk mengatakan bahwa tdk setuju. Kajian ini baik dan bermanfaat sekali karena dpt menambah ilmu. Namun yg saya tekankan adalah ada baiknya kitapun harus dapat menilai dan menghargai serta memahami pendapat akan makna dari “IDUL FITRI” itu sendiri dari sudut pandang yang berbeda. Inipun dapat menjadi tambahan ilmu buat kita. Bagi kita yg mau berfikir secara jernih, bukankah tidak ada yg sia-sia, Allah menciptakan alam semesta ini? bahkan dalam penciptaan seekor nyamuk sekalipun?

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS 3:191)

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (QS 2:26)

Seperti pada komentar saya sebelumnya bahwa jika saja kita mau mengkaji kembali akan Bulan Ramadhan, Insya Allah kita dapat menemukan makna dari Kata Idul Fitri baik diartikan Kembali Fitrah/Suci atau Kembali Berbuka, yg kedua-keduanya ini sebenarnya saling berhubungan, saling menjelaskan, saling menguatkan. Silahkan buka QS 30:30, mudah2an dpt diambil maknanya.
Demikian dulu saja kawan Satria, akan terlalu panjang jika saya uraikan. Mohon maaf apb ada tulisan yg tdk berkenan.

Unknown mengatakan...

Terimakasih ilmunya pak, saya punya ilmu baru, kebetulan smester ini saya ada Mata Kuliah Fonologi... dan semoga Bapak dapat pahala atas ilmu ini... Aamiin

gema putri mengatakan...

Wah..baca lagi Ar-rum:30..
Hadapkanlah wajahmu lurus kepada agama Allah (islam)..itulah fitri..
Di ayat lain..
Setiap bayi dilahirkan dlm keadaan fitri..ortu yg menasranikan..meyahudikan..memajusikan..
Fitri=memang dalam keadaan semula (kembali ke Islam)..bukan kembali suci..krn itu yg dkehendaki Allah dr umat Islam stlh bpuasa..agar kembali pd Agama Allah..

gema putri mengatakan...

Tolong jgn skedar berargumen pak..ini Islam..hrus ada dasar pijakan..dalil..ayat atau hadist..

Unknown mengatakan...

iya saya jadi bingung baca tulisan "kaji diri" untuk mengetahui makna Idul Fitri, kita disuruh pelajari kembali mengenai puasa ramadhan. Dan dia bilang dari situlah kita bisa memaknai kata Idul Fitri.

Terus kita merujuk kemana sdr kaji diri..?

Bukankah telah datang hadist-hadist Rasulullah tentang hari raya Idul Fitri.

Kalo kita memahami agama menurut pandangan sendiri, dan itu tidak mengapa menurut sdr kaji diri. Itu sangat berbahaya..

Sekalipun ada orang berkata saya berpegang kapada Alquran dan Sunnah..
tapi menurut pemahaman sendiri..maka dapat dipastikan orang ini akan tersesat.

Alquran dan Assunnah nya harus dengan pemahaman salafus sholih..

Unknown mengatakan...

Mf yg anda maksud kan QS apa ya kok cuma QS 30:30

Pengikut

Arsip Blog

Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia