Selasa, 06 April 2010

SEJUMLAH KESALAHAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

SEJUMLAH KESALAHAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

Di samping sekolah dan masyarakat, peran keluarga dalam proses pendidikan anak memegang posisi yang sangat sentral. Hal ini kiranya dapat dipahami, karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam fase pertumbuhannya, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.

Sehubungan hal itu, para ulama Islam banyak memberikan perhatian dan membahas tentang pentingnya pendidikan melalui keluarga. Salah satu ulama besar Islam yang memiliki perhatian besar terhadap hal itu yakni Syaikh Abu Hamid Al Ghazali. Beliau antara lain mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tetapi, jika dibiasakan dengan kejelekan dan dibiarkan tidak didik sebagaimana binatang ternak, niscaya dia akan menjadi jahat dan binasa".

Selain itu Al-Ghazali juga mengatakan agar para orang tua dapat melaksanakan tugas mendidik anak-anaknya dengan baik, seyogyanya mereka harus membekali diri dengan pengetahuan dan kearifan. Hal itu penting, untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan dalam melaksanakan tugas mulia tersebut. Sebab, masih menurut beliau, kerap kali terjadinya praktik-praktik yang salah dalam proses pendidikan oleh para orang tua kepada anak-anaknya akibat ketidangkalan ilmu yang mereka miliki.

Berikut penulis kutipkan sebagian kesalahan yang syahdan sering dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik anak-anaknya, sebagaimana dikemukakan dalam buku Alwajiz fi At-tarbiyah buah karya Syaikh Muhammad Al-Hasan

Tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan

Ini merupakan kesalahan terpenting, karena anak belajar dari orang tua banyak hal, tetapi ternyata sering bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Jika para orang tua sering melakukan hal yang semacam ini maka dikahwatirkan akan berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Allah mencela perbuatan ini dengan firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan". (QS. 61:3)

Bagaimana anak akan belajar kejujuran misalnya, kalau ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ternyata orang tuanya kerap berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah misalnya, sementara jika ia melihat bapaknya sendiri suka menipu orang lain? Bagaimana anak akan belajar akhlak yang baik bila orang-orang yang ada sekitarnya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk? Untuk itu sifat ini harus dihindari oleh para orang tua dan para pendidik.

Kedua orangtua berseberangan sikap

Kadangkala terjadi saat seorang anak melakukan perbuatan tertentu di hadapan kedua orang tuanya, namun sikap dan penerimaan kedua orang tuanya saling bertolak belakang. Misalnya sikap sang ibu memuji dan mendorongnya, sedangkan sikap sang bapak mengecam dan meminta untuk menghentikannya. Tentu saja sang anak akhirnya menjadi bingung, mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya. Jika kedua orang tua banyak melakukan hal yang semacam itu caHal ini sangat berbahaya, karena akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas baginya.

Membiarkan anak menjadi budak televisi

Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa.

Banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak, fitrah dan pendidikan mereka. Plomery, seorang peneliti media mengatakan: "Anak pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima, tanpa mempertanyakan, segala informasi yang tampil di film-film dan kelihatan realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik … maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu..". Oleh karena itu, anak-anak harus dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini. Hal ini, tidak diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi juga tidak mustahil, jika orang tua mempunyai kemauan untuk menjaga akhlak anak-anak mereka dan mempersiapkannya untuk mengemban misi agama dan ummat.

Menyerahkan kepada pembantu atau pengasuh

Kesalahan yang amat serius dan banyak terjadi di masyarakat kita akibat misalnya kesibukan dari kedua orang tua di luar rumah, baik karena faktor pekerjaan maupun mengejar karier, akhirnya menyerahkan pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya kepada orang lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Akibatnya anak akan kehilangan kasih sayang ibu yang sangat dibutuhkannya. Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang langsung darui dari kedua orang tuanya.

Menampakkan kelemahan

Hal ini banyak terjadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku tidak sanggup menghadapinya. Aku tak tahu, apa yang harus aku perbuat dengannya". Salah satu dampak buruk jika para orang tua sering mengucapkan kata-kata semacam itu maka bisa jadi anak yang mendengarnya akan merasa bangga. Sang anak merasa dengan cara mengganggu ibunya atau bersikap membandel seolah-olah eksistensi dirinya diakui, bahkan kedua orang tuanya merasa ‘takluk’ di hadapannya.

Mengekang anak secara berlebihan

Ada sebahagian orang tua yang karena misalnya takut anaknya mengalami kecelakaan, mereka melakukan tindakan-tindakan yang hiper protektif. Akibatnya mereka tidak memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bermain, bercanda atau bermain dan bergaul dengan sesamanya. Hal yang semacam itu bukan hanya bertentangan dengan tabiat anak tetapi juga bisa berdampak buruk bagi perkermbangan kesehatan jasmani dan psikologisnya. Mengapa? Karena aktivitas bermain dan bersosialisasi merupakan kebutuhan bagi pertumbuhan anak. Permainan di tempat yang bebas dan luas, misalnya bermain pasir ketika wisata ke tepi pantai bersama teman-temannya, termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan fisik anak dan menjaga kesehatannya. Dengan demikian tidak seharusnya orang tua untuk melarangnya sejauh tidak membahayakan.

Tidak percaya diri

Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak. Padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa. Karena itu, seyogianya anak-anak dipersiapkan untuk dapat melaksanakan tugas agama dan dunia.

Demikian antara lain menurut Syaikh Muhammad Al-Hasan beberapa kesalahan yang kerap diperbuat oleh kita selaku orang tua dalam mendidik anak dalam bukunya Alwajiz fi At-tarbiyah. Mudah-mudahan bisa menjadi cermin kita selaku para orang tua ***
Kholid A.Harras

Tidak ada komentar:

Pengikut

Arsip Blog

Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia