Senin, 23 Maret 2009

Isola Pos Online, 08 Jun 2005, 14:24

Minat Baca Kita Rendah?

“Mungkin di antara kita hanya sedikit yang mengetahui bahwa tanggal 17 Mei, merupakan hari baca nasional,” ungkap Kholid A. Harras, dosen mata kuliah membaca Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI, tentang hari membaca yang diperingati pada 17 Mei yang telah lalu. Padahal, konon, membaca merupakan ciri berbudayanya suatu bangsa, karena dengan membaca kita akan lebih mengetahui segala. Tapi konon pula, seperti yang diamini Kholid, minat baca bangsa kita sangat rendah. Tak terkecuali mahasiswa.

“Penyebabnya sangat kompleks,” ujarnya. Lalu Kholid menuturkan satu-satunya. “Pertama, jumlah penerbitan yang beroperasi di Indonesia masih rendah, jika dibandingkan dengan negara lain.” Di samping itu, tuturnya, menurut penelitian, bangsa ini terbagi kedalam tiga kategori besar, yaitu iliterat (kategori yang buta hurup), aliterat (kategori melek hurup, tetapi malas untuk membaca), literat (kategori yang membudayakan membaca). “Nah, mahasiwa kita termasuk kategori aliterat, karena bangsa kita lebih sering menjadi pendengar (budaya oral),” tambahnya.

Selanjutnya Kholid menunjuk pola belajar sekolah formal yang masih berpusat pada guru. “Sewaktu di sekolah lanjutan tingkat atas (SMA) atau tingkat pertama (SMP), siswa dicekoki dengan ucapan–ucapan guru tanpa ada inisiatif untuk mengkaji dan mencari dari berbagai buku.” Budaya tersebut berlanjut hingga jenjang perguruan tinggi. “Buku tidak dijadikan basis dasar sebagai pembelajaran,” imbuhnya.


Dwi Fitria Ambarina, Mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI menunjuk sedikitnya pengunjung perpustakaan sebagai indikasi rendahnya minat baca. Dwi mencontohkan, ketika presentasi, kebanyakan mahasiswa tiadak menguasai bahan dan sumber dalam makalah yang mereka buat relatif sedikit.

Orin, mahasiswa UPI lain menyatakan alasannya malas membaca. “Bukunya tebal-tebal, kepalanya saya jadi pusing.” Dengan jujur Orin mengaku dirinya lebih tertarik membeli baju dan kosmetik daripada membeli buku.

“Melihat fenomena di atas, tugas kitalah untuk mengampanyekan minat baca terhadap seluruh lapisan masyarakat, “ucap Kholid. Salah satu caranya, menurut Kholid, adalah dengan mencontoh keijakan yang dilakukan oleh Bupati Indramayu . Langkah-langkah yang dilakukannya yaitu menyediakan pos baca di setiap kecamatan hingga ke desa-desa, mengoperasikan perpustakaan keliling, dan terakhir, menyediakan koran-koran disudut kota.

Selain penentu kebijakan, Kholid tak lupa menyinggung peran keluarga. “Selayaknya orang tua menyediakan buku bacaan yang sesuai dengan minat dan kesukaan anak,” katanya. Atmosfir membaca yang kondusif juga tak kalah penting. Untuk kalangan mahasiwa, cara yang sederhana adalah mengajak teman mencari buku, dan meminjamkan buku kepada teman-teman. Pertanyaannya, maukah kita memulainya dari sekarang? [Nazla]

Tidak ada komentar:

Pengikut

Arsip Blog

Mengenai Saya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia